Back to Top
percobaan

[JUAL] BUKU LONGMAN TOEFL PREPARATION FOR COMPUTER AND PAPER TEST

JUDUL BUKU :
                          LONGMAN TOEFL PREPARATION FOR 

                                COMPUTER AND PAPER TEST

TEBAL BUKU  :       687 HALAMAN 

PENERBIT       :       LONGMAN

ISBN                  :       0-13-040895-6
                                    0-13-040902-2


                                BY DEBORAH PHILLIPS



SEKILAS TENTANG BUKU INI

Buku TOEFL cetakan longman ini merupakan buku TOEFL yang paling banyak di gemari di seluruh dunia. Hal ini di karenakan buku LONGMAN ini memiliki banyak tips dan trik dalam menjawab soal TOEFL yang super susah.

Berikut tentang trik dalam menjawab trik STRUCTURE kalimat bahasa inggris.

SECTION 1 :

Dalam skill 1 ini di terangkan bahwa setiap kalimat harus mempunyai subject dan predikat .Apabila kalimat tersebut tidak mempunyai subjek dan predikat maka belum termasuk dalam kategori kalimat dalam ujian TOEFL. Dalam buku LONGMAN ini terdapat 30 skill dalam menjawab soal soal TOEFL.



2. READING TIPS


Dalam Buku ini terdapat 5 cara utama dalam menjawab soal reading TOEFL . Dengan adanya trik ini membuat kita menjadi mudah dalam menjawab soal TOEFL reading. Kita tidak harus menjawab membaca soal reading TOEFL hingga akhir cukup dengan key dan petunjuk yang sudah di terangkan di buku ini.


BERMINAT  ???

SEGERA HUBUNGI CUSTOMER SERVICE MEDAN BUSSINES OFFICIAL SITE.






dijual cepat honda beat tahun 2008 buka harga 7 juta

Kondisi Barang : Baru
Harga : Rp. 7.500.000
Lokasi Seller : DKI Jakarta 
Description :

Assalamu'alaykum wr wb ...

ane mau jual Honda Beat ane tahun 2008.
warna merah. Body masih mulus. rangka dan mesin masih oke.STNK Bekasi Kota.
Ane mau lepas dengan harga 7,5 jt. Boleh nego tapi tipis dan jangan sadis.
Kalo berkenan dan serius, hubungi ane di 085312178063.

[JUAL] Yamaha Xeon 2010 Full Modif a'la Biplane

Dijual, Yamaha Xeon 2010 Full Modif a'la Biplane. Surat2 komplit, pajak sampai Juni 2012. Warna, nomor rangka, dan nomor mesin sesuai BPKB, registrasi di Bali (plat DK).

Spesifikasi:

* Body + Rangka Custom
* Suspensi depan teleskopik milik Yamaha Byson
* Velg depan 17" custom + ban battlax (lebar dan tipe ban menyusul)
* Velg belakang 14" custom (lebar dan tipe ban menyusul)
* Mesin Bore-up harian
* Speedometer Koso DB-02R
* Knalpot Nob1
* Rem Combi-brake (copotan Vario), cakram depan KTC
* Headlamp LED
* Stoplamp LED Ninja 250
* Selebihnya liat penampakan atau tanya2 ya

PR:

* Body masih perlu dirapihkan. Beberapa panel perlu dilanjutkan finishingnya, plus ada beberapa baret di cat akibat pengiriman denpasar-surabaya dan handling saat kontes.
* Setting suspensi dan setang depan perlu penyesuaian supaya nyaman digunakan. Kondisi sekarang terlampau berat dan jarak main terbatas.
* Pengukur RPM tidak berfungsi, kemungkinan besar masalah di speedonya. Dari pihak seller (yang jual speedo) menawarkan bisa ditukar, prosesnya nanti dibantu.
* Konfigurasi REM juga perlu perbaikan. Masih kurang pakem, perlu penyesuaian kabel rem dan posisi CBS-nya.

Pencapaian:

* Juara 4 Djarum Black Motodify Denpasar kategori The Killer Look
* Juara 5 Djarum Black Motodify Denpasar kategori The Most Extreme


MEGA PRO Thn 2007 Bulan Mei CW

Kondisi Barang : Bekas
Harga : Rp. 9.200.000
Lokasi Seller : DKI Jakarta
Description :


Teman gua mau ganti motor baru nih yang Matic, berhubung sekarang Jakarta Tambah macet, and lagi hujan. HEhehe.
Harga: Rp 9.200.000,-Nego

Penjualnya Prefer untuk COD di daerah Bintaro, atau Jakarta Selatan

Kondisi:
- BPKB & STNK A/n sendiri
- Batok custom
- Pajak hidup
- tangki udah di las (sempat Bocor halus)
- stang Custom
- Behel ( pegangan Penumpang) gak ada
- Gear Set Ori Baru ganti awal tahun
- CDI No Limiter
- Koil Blue Thunder ( Orinya juga ada)


Kondisi Mesin: 95% (terawat)


COntact Person : 0857-1745-1317

About Us

Medan Bussines Official Site merupakan sebuah blog seorang newbie yang ingin memberikan segala informasi kepada para pengguna internet semua.

Selain itu kami juga bergerak di bidang pendidikan yaitu menjual Buku TOEFL,IELTS,GMAT,TOEIC dengan harga yang murah dan sesuai dengan kantong mahasiswa. Bagi anda juga yang ingin membuat Weblog pribadi,kami siap membantu anda ataupun bagi anda yang memiliki usaha dan ingin mempromosikan usaha anda melalui blog anda,kami siap membantu anda.

ENJOY WITH US

YM STATUS :






Contact Person :

: 085373773722

Namin/Nurdin Sumbang Emas dari Cabang Tenis

Solo - Pasangan Indonesia, Namin dan Nurdin, berhasil meraih medali emas tenis lapangan nomor ganda putra di ajang ASEAN Para Games (APG) VI di Solo. Di final mereka mengalahkan pasangan Thailand, Nattaporn dan Poljantean, dua set langsung.

Bertanding di Lapangan Tenis Manahan, Solo, Senin (19/12/2011), Namin/Nurdin berhasil mengalahkan Nattaporn/Poljantean dengan skor akhir 6-0, 6-2. Pertandingan tersebut membutuhkan waktu tidak kurang dari satu jam.

Usai pertandingan, Nurdin mengungkapkan kebanggaannya mampu mempersembahkan medali tertingi untuk bangsa dan negara. Selanjutnya, dia berharap perhatian pemerintah semakin besar untuk pembinaan atlet cacat sehingga semakin berprestasi di kancah lebih luas.

Sementara itu, perolehan medali secara umum masih didominasi oleh juara bertahan Thailand. Thailand memimpin dengan 97 emas, 79 perak, 58 perunggu. Di posisi kedua adalah tuan rumah Indonesia dengan 85 emas, 83 perak, 70 perunggu. Di urutan ketiga adalah Malaysia dengan 40 emas, 27 perak dan 28 perunggu.

source : http://detiksport.com/

Djokovic Akan Pertahankan Resep Sukses 2011

Abu Dhabi - Tahun 2011 adalah musim terbaik Novak Djokovic di arena tenis. Itu mengapa si petenis terbaik dunia saat ini takkan melakukan perubahan berarti dalam hal persiapan untuk musim 2012 nanti.

Total sepuluh gelar juara dikoleksi Djokovic musim ini, dengan tiga di antaranya adalah kemenangan di ajang grand slam; Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka.

Berkat kemenangan demi kemenangan yang diraihnya, petenis Serbia itu juga berhasil menempati peringkat satu dunia dan menuntaskan musim 2011 dengan catatan tanding dahsyat: 70-6.

"Ya, 2011 adalah musim terbaik dalam karirku," aku kepada Gulf News yang dilansir ESPN.

Menilik sukses itu, Djokovic pun akan mempersiapkan diri untuk mempertahankan sukses pada musim 2012 dengan cara yang relatif sama seperti pada musim 2011. Toh hasilnya sudah terbukti ampuh.

"Aku bertahan dengan pendekatan dan diet yang sama. Cara latihan yang sama pula. Tak ada yang berubah. Aku berdedikasi dan termotivasi di olahraga ini, aku masih 24 dan masih ada banyak waktu di masa depan untuk meraih banyak sukses."

"Kesuksesan tahun ini membuatku percaya bahwa aku bisa menang lagi. Kenapa tidak? Aku pikir akan tidak masuk akal selain berpikir optimistis. Aku harus yakin dalam kualitas dan kemampuanku, dan aku harus percaya kalau aku bisa mengulangi sukses itu. Tentu akan sangat sulit, tapi Anda tak pernah tahu, tak ada yang mustahil," seru Djokovic.

source : http://detiksport.com/

Feri Amsari: Banyak PNS Muda Korupsi Tanda Birokrasi Bobrok?

Jakarta - Pusat Penelitian dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) merilis 50 persen pegawai negeri sipil (PNS) muda kaya terindikasi korupsi. Munculnya data ini mengingatkan pada sosok Gayus Tambunan. Jika ada banyak orang seperti Gayus, apakah ini pertanda birokrasi sudah demikian bobrok?

"Kita harus apresiasi temuan PPATK. Selanjutnya apakah penegak hukum mau menindaklanjuti atau tidak. Apakah KPK mau tampung data PPATK? Ini harus segera ditindak, karena ini kan bukti bahwa PNS kita itu tidak ubahnya sepeti Gayus. Mereka muda, memiliki rekening luar biasa dan tidak diketahui dari mana. Apakah birokrasi kita bobrok? Apakah semua bermain?" ujar pengamat hukum Feri Amsari.

Berikut ini wawancara detikcom dengan Feri yang juga akademisi Universitas Andalas, Jumat (9/12/2011):

PPATK mengindikasi ada 50 persen PNS muda kaya yang terindikasi korupsi, karena ada jumlah rekening yang tidak wajar. Pendapat Anda?

Kita harus apresiasi temuan PPATK. Selanjutnya apakah penegak hukum mau menindaklanjuti atau tidak. Apakah KPK mau tampung data PPATK? Ini harus segera ditindak, karena ini kan bukti bahwa PNS kita itu tidak ubahnya sepeti Gayus. Mereka muda, memiliki rekening luar biasa dan tidak diketahui dari mana. Apakah birokrasi kita bobrok? Apakah semua bermain?

Menurut Anda mengapa fenomena ini terjadi?

Ini bisa saja karena memang sudah ada pola dan perilaku koruptif yang ditiru dan dilanjutkan. Jadi sekarang bayangan saya, kalau ada banyak PNS muda yang punya rekening gendut tanpa jelas asalnya, apalagi pejabat.

Ini perlu jadi evaluasi besar SBY. Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi juga harus bertindak. Harus perlu langkah luar biasa.

Salah satu modusnya adalah dengan memakai proyek fiktif. Ini menunjukkan masih sangat longgarnya pengawasan di kementerian?

Saya kira iya. Biasanya yang dievaluasi hanya masuknya PNS setelah libur panjang. Nanti jangan hanya ini saja yang dilihat. Kinerja mereka juga harus dilihat dengan baik. Soal proyek fiktif, saya kira ini banyak yang bermain. Suatu proyek mustahil fiktif kalau seluruh lapisan tidak bermain. Ini menunjukkan di seluruh lini ada permasalahan.

Perlukah semua PNS tanpa pandang bulu harus melaporkan harta kekayaannya?

Seharusnya tanpa melapor pun, PPATK dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bisa mendeteksi lonjakan rekening. Kalau ada lonjakan yang tiba-tiba pasti curiga. Kalau sudah ada begini harus segera diusut.

Jika pengusutannya lambat dan hanya lempar-lempar tugas dari instansi yang satu ke instansi yang lain?

Kalau itu yang terjadi, maka birokrasi akan semakin bobrok. PNS ini kan yang memberikan pelayanan publik dan jadi contoh masyarakat luas. Kalau dibiarkan saja, pelayanan pada masyarakat semakin bertele-tele, dan akan semakin kusut.

Terobosan seperti apa yang diperlukan?

Kementerian PAN harus kooperatif dengan PPATK dan KPK dalam beri data, apakah di sebuah kementerian itu memiliki kinerja benar atau fiktif belaka. Ini harus jadi perhatian Kementerian PAN. Kalau memang kementerian terlalu banyak berisi orang-orang yang korupsi, maka satu generasi harus dipotong. Kalau berani, satu generasi yang bermasalah di kementerian itu dipotong diganti dengan yang tidak bermasalah.

Sekarang sudah perlukah pemotongan satu generasi di kementerian?

Jika memang kementerian merupakan sekumpulan penyamun ya harus dilakukan. Sekarang harus dilihat dan diselidiki dulu. Ini adalah bagian dari upaya luar biasa untuk memperbaiki birokrasi dan memberantas korupsi.

Presiden SBY Tidak Ladeni Gugatan Mantan Penari Istana

Jakarta - Presiden selaku tergugat tidak kunjung hadir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) meski telah dipanggil tiga kali. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipanggil pengadilan untuk menjawab gugatan mantan penari Istana yang mendapat stigma PKI, Nona Nani Nurani.

Mendapat sikap acuh Presiden, Nani mengancam akan meminta majelis hakim menyidangkan perkara ini tanpa kehadiran Presiden bila tidak hadir dalam sidang berikutnya. "Saya akan minta hakim mengizinkan saya membaca tanpa pihak tergugat," kata Nani usai sidang kepada wartawan di PN Jakpus, Jalan Gajah Mada, Jakarta, Senin (19/12/2011).

Sidang yang dipimpin hakim Amin Ismanto cuma berlangsung 2 menit. Pihak Presiden tak juga menghadiri sidang gugatan Nani. Majelis pun menghitung ketidakhadiran ini dengan mengeluarkan peringatan kedua.

Dengan demikian, empat kali sudah pihak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau yang mewakili tak juga memunculkan batang hidungnya di PN Jakpus untuk mendengarkan gugatan penari yang sempat di penjara dari tahun 1968 hingga 1975 tanpa sebab yang jelas.

"Orang bilang masalah stigma PKI ini sudah beres. tapi saya rasakan sendiri ini sama sekali tidak beres. Saya pernah harus minta cek medis keseluruhan di sebuah RS, dan ditolak. Alasan kepala rumah sakitnya itu hanya �tidak mau terlibat politik�. Tapi saya sadar itu bukan salah RS, itu salah stigma yang belum dihilangkan pemerintah," ujar Nani.

Dalam gugatan warga Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja Jakarta Utara tersebut, Nani meminta SBY mengganti kerugian materil sebesar Rp 7,46 miliar serta kerugian immateril sebesar Rp 30 juta. Nani melayangkan gugatan tersebut lantaran selama puluhan tahun Nani harus menanggung stigma PKI hanya karena ia pernah diketahui menari dalam acara ulang tahun PKI tahun 1965.

Source : http://www.detiknews.com/read/2011/12/19/170222/1794876/10/presiden-sby-tidak-ladeni-gugatan-mantan-penari-istana

Kasus Mantan Dirut PLN Eddie Widiono: Menguntungkan Negara Kok Malah Dituduh Korupsi

Jakarta - Mantan Direktur Utama PT PLN Persero Eddie Widiono akan menghadapi vonis di Pengadilan Tipikor Jakarta. Oleh Jaksa dari KPK ia dituntut hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp 500 juta karena dinilai telah merugikan keuangan negara sebesar Rp 46 miliar pada proyek Costumer Information System-Rencana Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) PLN Disjaya Tangerang. Proyek tersebut bekerjasama dengan PT Netway Utama sebagai rekanan.

Saya yakin hakim akan bijaksana dan membebaskan Pak Eddie.Sebab sejak awal kasus ini penuh rekayasa, ujar Maqdir Ismail pengacara Eddie Widiono.

Maqdir tidak sekedar berbicara. Sejumlah fakta yang dipaparkan dan saksi yang diperiksa sepanjang pengadilan di gelar, jaksa tidak bisa menunjukkan fakta bahwa Eddie Widiono telah melakukan tindak korupsi. Sebaliknya proyek tersebut terbukti malah berhasil menyelamatkan triliunan rupiah uang negara. Hal ini makin menguatkan dugaan bahwa Eddie Widiono telah menjadi target pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan KPK.Dalam bahasa Maqdir Eddie Widiono dipilih untuk ditebang.

Lihat saja fakta bahwa dakwaan jaksa menyatakan Eddie Widiono telah melakukan tindak pidana korupsi didasarkan pada bisnis plan Netway 2005-2007 yang mencantumkan pemberian uang kepada Eddie sebanyak Rp 2 miliar. Selain nama Eddie juga tercantum sejumlah nama pejabat PLN lain yang menerima uang, termasuk nama sejumlah pejabat PLN yang pada saat proyek tersebut berlangsung (2004-2006) sudah pensiun. Direktur Pemasaran Tunggono dan Direktur Perencanaan Hardiv Situmeang yang sudah pensiun pada tahun 2003 dan tidak tahu menahu soal proyek tersebut, juga masih disebut menerima suap.

Dakwaan ini dinilai Maqdir sangat aneh. Sebab mana mungkin dalam bisnis plan terdapat catatan uang suap. Bisnis plan biasanya berisi rencana pengembangan bisnis sebuah perusahaan. Kalau toh benar ada suap yang menjadi pertanyaan mengapa hanya Eddie Widiono yang diseret ke pengadilan?

Sebagai Direktur Utama, Eddie Widiono juga tidak berurusan langsung dengan proyek tersebut. CIS-RISI berada di bawah tanggung jawab Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan Sunggu Anwar Aritonangyang namanyajuga tercantum menerima uang dari PT Netway. Anehnya Sunggu malah sama sekali tidak disebut-sebut, apalagi dijadikan tersangka.

Menghemat Uang Negara
Maqdir mengatakan, dalam kasus roll out (implementasi) CIS-RISI di PLN Disjaya-Tangerang, negara justru diuntungkan. Saat itu penanganan pelanggan, termasuk penagihan dan akuntasi keuangannya masih bersifat manual.

Penerapan CIS-RISI, ujar Maqdir, setidaknya memberi dua keuntungan, yakni yang terukur dan tidak terukur. Yang terukur berupa penghematan dari pengurangan jumlah pegawai, penghematan dari nilai susut dan penghematan dari penurunan piutang. Sementara keuntungan yang tak terukur meliputi ;Tingkat ketelitian dan kebenaran data2 pelanggan menjadi lebih baik, waktu untuk data collection lebih singkat, tersedianya database pelanggan dan data-data historical dll.

Dengan telah diimplementasikannya CIS RISI, proses pencatatan Data Induk Langganan , Data Induk Saldo, Rekord konsumsi listrik pelanggan maupun pola konsumsinya, record ketepatan membayar menjadi makin akurat dan andal karena disimpan dalam database yang mudah diakses.

Bila sebelum penerapan CIS RISI (1998-2001), jumlah pelanggan per pegawai adalah sebesar l.k. 700, maka setelah Roll Out selesai (2006-2008), mencapai 1089 pelanggan per pegawai, meningkat lebih dari 50%. Rata-rata biaya kepegawaian 1998-2001 adalah Rp 486 milyar, sehingga kenaikan produktivitas tersebut menghemat sebesar Rp 243 Milyar/tahun.

Implementasi Roll out menyebabkan PLN Disjaya mempunyai metoda untuk mencatat dan menyimpan data yang lebih baik, implementasi ini dipadukan dengan teknologi baru seperti AMR ( Automatic Meter Reading ) memberi cara yang cepat untuk menentukan besar dan letak sumber susut. Dalam kurun waktu 2003 -2006 tercatat penurunan nilai susut dari 15,02% menjadi 11,67%, Penurunan susut ini mempunyai korelasi terhadp berkurangnya kerugian secara akumulatif sebesar Rp 1,95 trilyun atau hampir Rp 500 milyar pertahunnya.

Penghematan dari penurunan piutang, sebelum memiliki CIS, PLN Disjaya dengan jumlah pelanggan sebesar 2,7 juta pelanggan (2001), membutuhkan rata-rata lebih dari 40 hari untuk mencatat, menyiapkan rekening tagihan dan menerima pembayaran pelanggan. Dengan CIS, maka besaran umur piutang dapat ditekan secara signifikan.

Besar Piutang (1998-2000) rata-rata sebesar Rp 650 milyar.Setelah diterapkannya CIS-RISI angka tersebut turun menjadi rata-rata Rp 164 milyar. Sehingga rata-rata penurunan jumlah piutang adalah Rp. 485,75 milyar.

Berbagai hitung-hitungan tersebut menunjukkan bahwa proyek CIS-RISI PLN Disjaya Tangerang sangat menguntungkan keuangan negara.Menjadi sangat aneh kalau Eddie Widiono kemudian dituduh malah merugikan keuangan negara sebesar Rp 46 milyar.

source : http://www.detik.com/

Diperiksa KPK, Sekjen DPR Ditanya Soal Tugas Wa Ode di Banggar

Jakarta - Setelah sebelumnya absen, Sekjen DPR Nining Indra Saleh hari ini hadir untuk menjalani pemeriksaan di kantor KPK sebagai saksi untuk tersangka Wa Ode Nurhayati. Nining mengaku ditanya KPK mengenai tugas-tugas Wa Ode baik di komisi maupun di Banggar.

"Dipanggil sebagai saksi untuk tersangka Wa Ode. Ditanya soal SK, Keppres, Tugas-tugas di komisi, Banggar dan pembahasan APBN," tutur Nining usai menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Senin (19/12/2011) petang.

Wa Ode yang menjadi tersangka kasus pembahasan anggaran dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Daerah (PPID), disangkakan telah menerima dana suap dari proyek itu. Mengenai pemeriksaanya hari ini, Nining mengaku tidak ditanyai soal fee tersebut.

"Tidak ada kaitan soal fee. Kalau saya administratif seperti mekanisme pembahasan anggaran," ujar Nining.

Nining juga mengaku hanya sebatas mengenal Wa Ode karena dia merupakan anggota dewan. "Ya kenal. Enggak dekat, hanya sebagai anggota DPR," tutur Nining.

Dalam kasus ini, Wa Ode diduga telah menerima hadiah terkait pengalokasian anggaran DPPID senilai Rp40 miliar untuk tiga kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam. Ketiga kabupaten yakni Aceh Besar, Pidi Jaya dan Bener Meriah. Legislator Fraksi PAN itu disangka melanggar pasal 12 huruf a dan b dan atau pasal 5 ayat 2 dan atau pasal 11 UU Pemberantasan Korupsi.

Untuk kepentingan penyidikan, tiga orang yang diduga terkait kasus ini telah dicegah ke luar negeri. Mereka adalah pengusaha Haris Surahman, Ketua Gema MKGR Fahd A Rafiq dan staf Wa Ode bernama Sefa Yolanda.

source : www.detik.com

Barca Vs Santos : 4 - 0

Yokohama - Barcelona menjuarai Piala Dunia Antarklub 2011 setelah menang telak 4-0 atas Santos, di partai final yang berjalan relatif berat sebelah.

Barca menunjukkan kelasnya atas Santos di Stadion Internasional Yokohama, Minggu (18/12/2011) malam WIB, dengan empat gol tanpa balas yang dicatat lewat penguasaan bola dominan.

Situs FIFA mencatat, dalam kemenangan tersebut Barca si kampiun Eropa membuat 71% penguasaan bola, menyisakan hanya 21% saja untuk Santos yang jawara Amerika Selatan.

Lionel Messi tampil jadi bintang kemenangan Barca di laga itu dengan membuat gol pembuka dan penutup, yakni pada menit 17 dan 82. Dua gol Barca lainnya disumbang Xavi (24) dan Cesc Fabregas (45).

Jalannya Pertandingan

Barca menekan sedari menit awal lewat Messi, tapi lajunya bisa dihentikan bbrp pemain Santos. Beberapa menit kemudian Alves coba mengirim umpan silang yang masih bisa dihalau bek Santos.

Pemain Barca salah mengoper sehingga bola dikuasai pemain Santos di menit 8. Si kulit bundar kemudian mengarah ke Neymar yang coba melewati barisan belakang Barca meski masih gagal.

Messi menggiring bola pada menit 13 dan melepaskan tembakan tapi kiper Rafael Cabral dengan sigap menepisnya. Usaha Thiago melakukan rebound juga gagal.

Barca akhirnya memimpin pada menit 17. Menerima umpan terobosan, Messi dengan cerdik melambungkan bola ke atas kiper yang menerjang. Usaha bek Santos mengejar bola pun gagal.

Tujuh menit berselang, Barca menambah keunggulan. Dari kiri Dani Alves mengirim umpan ke kotak penalti, dengan Xavi menerimanya seraya menghindari lawan. Xavi menuntaskan dengan sepakan yang jitu.

Serangan dari Santos pada menit 27. Ganso melepaskan umpan terobosan yang bisa dikejar Borges yang kemudian melepaskan tembakan tepat ke arah Valdes.

Pada menit 29 Fabregas nyaris bikin gol. Lolos dari jebakan offside, ia menembak meski bola hanya menghantam tiang dan menjauhi gawang.

Beberapa saat sebelum turun minum, Barca menambah gol. Diawali penetrasi Messi, kemelut lahir di depan gawang Santos. Sempat berhasil menyelamatkan gawangnya dari tandukan Thiago, Rafael Cabral lantas tak kuasa membendung sontekan Fabregas.

Barca langsung menekan di awal babak kedua. Messi masuk ke kotak penalti Santos dan memberi umpan tarik ke Fabregas yang meneruskan dengan sepakan ke arah gawang. Tapi kiper masih bisa menepisnya

Santos langsung membalas pada menit 47 dari serangan balik. Di depan Neymar bisa menyundul bola, tapi arahnya masih di atas mistar gawang Valdes.

Serangan lagi dari Barca pada menit 54. Alves mengirim bola lambung ke tiang jauh dan diterima Messi. Ia lantas coba menyepak bola dari jarak dekat melewati kedua kaki Cabral. Namun, bola bisa ditahan si kiper Santos.

Tiga menit kemudian Neymar lolos dari jebakan offside dan dapat menguasai bola. Tapi sepakannya bisa dihadang Valdes yang dengan sigap maju menutup ruang.

Barca nyaris menambah gol pada menit 80. Dari sisi kanan gawang, Dani Alves melepaskan tembakan yang hanya membentur tiang gawang.

Messi menambah gol pada menit 82. Alves melepaskan bola terobosan kepada Messi, yang lantas menjaga bola dengan apik seraya mengecoh kiper dan kemudian mengirim si kulit bundar ke gawang kosong.

Susunan Pemain:

Santos: Rafael Cabral; Edu Dracena, Leo, Danilo (Elano '31), Arouca, Durva, Henrique, Borges (Alan Kardec 78'), Ganso (Ibson 83'), Neymar, Bruno.

Barca: Valdes; Alves, Pique (Mascherano 56'), Fabregas, Puyol (Fontas 84'), Xavi, Iniesta, Messi, Thiago (Pedro 78'), Sergio Busquets, Abidal

source : http://www.detiksport.com/

Wow! Giliran Klub Seri-A Kepincut Andik

INILAH.COM, Jakarta - Jalan Andik Vermansyah ke Eropa semakin terbuka lebar. Kabarnya salah satu klub Seri-A Italia tertarik untuk menggaet pemain mungil milik Persebaya Surabaya itu.

Seperti yang dilansir situs itasportpress, klub promosi Novara tertarik untuk menggunakan jasa Andik. Alasan Biancoazzurri tertarik untuk menarik 'Messi Indonesia' adalah harganya yang masih murah, tanpa mengurangi suntikan segi teknis tim.

"Dalam perspektif ini, Direktur Olahraga Mauritius Pederzoli, sudah memantau playmaker Andik Vermansyah, pemain 20 tahun Indonesia yang sebelumnya menjadi target Los Angeles Galaxy," seperti yang ditulis situs itasportpress.

"Dia bermain di Persebaya dan musim ini telah mencetak 7 gol dari 17 penampilan. Dia masuk dalam anggota Timnas U-23 Indonesia," jelas situs tersebut.

Setelah tampil memikat pada SEA Games 2011 lalu, nama Andik semakin meroket usai sukses saat tampil membela Indonesia Selection menghadapi LA Galaxy, yang diperkuat oleh David Beckham dan Robbie Keane.

Pada pertandingan tersebut, pemain bertubuh 162 cm itu tampil cerdik dengan kecepatan dan skill individu sehingga memaksa Beckham menghajar kakinya dengan tekel keras, meski akhirnya berbaikan dengan bertukaran kostum dan meleparkan pujian.

Sebelumnya Andik juga diisukan menarik perhatian tiga klub Eropa, salah satunya klub Liga Portugal Benfica.

source : inilah.com

Golkar dan PDIP Jalin Kemesraan di Pilpres 2014?

INILAH.COM, Jakarta - Kemesraan partai Golkar dan PDI Perjuangan semakin terlihat. 'Banteng moncong putih' itu sepertinya akan berteduh di 'Pohon Beringin'.

Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengakui, pihaknya mendapat ajakan dari tokoh PDIP Taufik Kemas yang juga sebagai suami dari Ketua Umum PDIP itu untuk berkoalisi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

"Kami tersanjung, atas ajakan (koalisi) simpatik dari mas Taufik Kemas. beliau tokoh sentral di PDIP," ungkap Priyo pada acara Himpunan Praktisi Radio dan Media Online (HIPRO), di Surabaya, Sabtu (17/12/2011).

Lebih jauh Wakil Ketua DPR itu menjelaskan, partai pimpinan Aburizal Bakrie itu tidak keberatan jika nanti akan berkoalisi pada Pemilu 2014. Dijelaskannya, perseteruan Partai Golkar dan PDIP pada jaman Orde baru tidak akan menjadi penghambat.

"Saya rasa tidak ada hambatan ideologis ketika berkoalisi. Perseteruan itu kan jaman pak Harto dulu. sekarang saya sangat akrab dengan tokoh-tokoh PDIP, terutama dengan mas Taufik Kemas," imbuhnya.

Menurutnya, Golkar dan PDIP mempunyai banyak kemiripan, tentang nilai-nilai nasionalisme serta kebangsaan. "Golkar dan PDIP itu hampir mirip, tentang empat pilar yang sama, mempunyai semangat kebangsaan yang sama," ujarnya.

Pemilukada DKI Jakarta, jelas Priyo, jika memungkinkan pihaknya akan mencoba bersanding dengan PDIP. Koalisi pada perhelatan Cagub DKI sebagai uji coba menghadapi Pilpres 2014.

"Kenapa tidak. di beberapa daerah, kita berkolisi dan berhasil memenangkan perhelatan baik cagub maupun cabub. intinya kita terbuka menerima pertemanan," pungkasnya.

source : inilah.com

PKS Tetapkan Capres Awal Tahun 2012

INILAH.COM, Makassar - Meski beberapa partai besar di tanah air telah menetapkan Calon Presiden (Capres) pada Pemilu 2014 mendatang, namun tak demikian dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS tak mau terburu-buru menetapkan Capresnya.

Sekertaris Jenderal (Sekjend) PKS Anis Matta menyatakan, pihaknya baru akan menetapkan Capres pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) pada Februari 2012.

"Capres, kami belum ada, baru akan dibahas pada Mukernas nanti di Medan pada bulan Februari 2012 nanti, tetapi itu baru pemahasan awal," kata Anis usai acara silaturahim dengan tokoh masyarakat dan simpul mepilihannya, di Makassar, Sabtu (17/12/2011).

Menurut Anis, untuk saat ini partainya tengah sibuk bekerja untuk mempersiapkan kader-kadernya maju pada pemilihan walikota/bupati dan kepala daerah. Sesuai anjuran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mendorong ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) sebagai kepala daerah.

Ia menambahkan, terkait calon kepala daerah yang dimaksud akan disosialisasikan kepada masyarakat, selanjutnya akan dilakukan survei terkait elektabilitasnya.

source : inilah.com

SM Masih Perkasa, CLS Menang Lagi

Bandung - Laju Satria Muda Britama Jakarta di Seri I NBL belum terbendung setelah mereka meraih kemenangan keempat. CLS Knights Surabaya juga menuai hasil positif lewat kemenangan keduanya.

Dalam pertandingan di GOR C-Tra Arena, Bandung, Kamis (15/12/2011), SM menghadapi Muba Hangtuah IM Sumsel yang juga tak terkalahkan di tiga laga sebelumnya. Terus unggul dalam pengumpulan poin, sang juara bertahan akhirnya menang 64-53.

Faisal Julius Achmad jadi penyumbang poin terbanyak untuk SM dengan 21 poin, disusul Arki Dikania Wisnu dengan 11 poin. Di kubu Muba Hangtuah, Tri Wilopo mencetak poin tertinggi, yakni 17 poin.

Pada pertandingan lainnya, CLS yang sebelumnya mengalahkan Comfort Mobile BSC Jakarta kembali meraih kemenangan. Mereka menundukkan Bimasakti Nikko Steel Malang 68-48.

Dwi Haryoko, Rachmad Febri Utomo, dan Dimaz Muharri tampil cukup bagus untuk CLS dengan sumbangan masing-masing 15, 14, dan 12 poin. Sementara itu, 20 poin yang disumbangkan Yanuar Dwi Priasmoro tak mampu menyelamatkan Bimasakti dari kekalahan.

Hari ini, Dell Aspac Jakarta juga meraih kemenangan. Mereka menundukkan Stadium Jakarta 74-62.

Pada pertandingan keempatnya, NSH GMC Riau akhirnya meraih kemenangan. Tim debutan ini menaklukkan Satya Wacana Angsapura Salatiga 55-53.

BWF World Superseries Finals Kalah Lagi, Taufik dan Simon Tersingkir

Liu Zhou - Taufik Hidayat dan Simon Santoso menelan kekalahan di laga ketiganya di masing-masing grup di BWF World Superseries Finals. Kedua pemain tunggal putra Indonesia itu puntersingkir dari turnamen ini.

Bermain pada Jumat (16/12/2011), Taufik kalah dari pemain China, Chen Long. Ia harus mengakui keunggulan lawannya itu dalam pertandingan dua set 21-13, 21-7 yang berlangsung selama 36 menit.

Di set pertama, kedua pemain saling kejar-mengejar angka hingga skor 13-13. Namun setelah itu, perolehan angka Taufik justru mandek hingga akhirnya kalah 13-21.

Permainan Taufik di set kedua menurun drastis. Ia dengan mudah menyerah dengan skor 7-21.

Sementara itu, Simon juga tersingkir setelah kalah dari pemain Jepang, Sho Sasaki. Ia kalah dua set 21-19, 23-21.

Di set pertama, Simon sempat unggul 19-14. Namun setelah itu, Sho justru mampu meraih tujuh angka berturut-turut hingga akhirnya Simon harus kalah 19-21.

Set kedua berlangsung seru dengan perolehan angka yang tak pernah berbeda jauh. Sempat memperoleh game point saat kedudukan 21-20, Simon akhirnya kalah 21-23.

Dengan kekalahan ini, Taufik dan Simon harus tersingkir dari turnamen ini. Keduanya menempati posisi juru kunci klasemen grup masing-masing dengan poin nol karena tidak ekalipun meraih kemenangan.

Source : http://www.detiksport.com/

Busyro: Bukti Keterlibatan Miranda Belum Sempurna

Jakarta - Wakil Ketua KPK Busyro Muqaddas menyebut ada bukti terkait keterlibatan Miranda Goeltom dalam kasus cek pelawat. Namun bukti tersebut belum sempurna.

"Bukti belum sempurna. Ya petunjuk-petunjuk ada, itu jadi alasan KPK untuk minta pencegahan," ujar Busyro kepada wartawan di istana negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jumat (16/12/2011).

Menurut Busyro, dalam kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia, pengungkapan masih menunggu pemeriksaan Nunun. Hal itu tidak bisa segera dilakukan karena hingga kini Nunun masih sakit.

"Kalau dalam pemeriksaan lebih lanjut setelah beliau (Nunun) sembuh ada penguatan ke bu Miranda kita kan melakukan lebih lanjut kepada siappun juga," terangnya.

Menurut Busryo saat ini, KPK sedang menelusuri apakah cek pelawat yang dibagikan Nunun kepada anggota DPR Periode 2004-2009 bersumber dari Miranda atau bukan.

"Masih kita telusuri dan kita dalami (asal aliran dana)," terangnya.

Busyro juga meyakini bahwa Miranda saat ini masih berada di Indonesia. "Banyak info masih di Indonesia," imbuhnya.

Source : http://www.detiknews.com/

Pelaku Pemerkosaan Biasanya Terpapar Pornografi Sejak Dini

Jakarta - Pelaku pemerkosa Ros di angkot M-26 rute Kampung Melayu-Bekasi memang belum tertangkap. Namun biasanya, pelaku pemerkosaan itu sudah terpapar pornografi sejak dini.

"Karena kehidupan seksual orang ini perlu kita telusuri sejak kapan, misalnya dengan gambar-gambar itu, seperti kasus pemerikosaan yang lalu (di Cilandak, Jaksel) kita bertanya pada pelaku, ternyata pelaku sejak (usia) 10 tahun sudah mengakses video mesum, di beberapa warnet," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar.

Hal itu disampaikan Baharudin di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Pengawasan mengenai paparan pornografi sejak dini ini juga harus diperhatikan keluarga. Mengenai pengawasan angkutan kota, Baharudin mengatakan tak mungkin Kepolisian sendiri yang melakukannya.

"Kita juga harus bekerjsama dengan Dishub, untuk menertibkan administrasi, angkutan kota termasuk orang-orang yang mengawakinya," jelas dia.

Ketika ditanyakan mengenai adanya sindikat pelaku pemerkosaan, Baharudin mengatakan ada kemungkinan, karena pernah ada kasus yang melibatkan sindikat.

"Tapi sindikat dalam bentuk organinsasi, belum," tutur Baharudin.

Baharudin kemudian memberikan beberapa imbauan agar perempuan yang rentan terhadap kasus pemerkosaan lebih awas.

"Di antaranya, apabila mau mengguinakan kendaraan umum, dan harus terpaksa kembalinya malam hari sebaiknya jangan sendiri. Kedua, pada saat mau menaiki kendaraan sebaiknya dicek nomor kendaraan, apabila ada identitas atau awak, karena untuk menulusuri nanti akan memudahkan penyidik melakukan penelusuran," imbaunya.

Source : http://www.detiknews.com/

Hanya Partai NasDem yang Lolos Verifikasi

Jakarta - Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsuddin mengumumkan hasil verifikasi partai politik yang memperoleh status badan hukum. Dari 14 partai yang mendaftar, hanya Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang lolos verifikasi.

"Setelah melalui proses verifikasi sejak 23 September 2011-25 November 2011, dari 14 parpol yang mendaftarkan diri untuk memperoleh status badan hukum yang lolos verifikasi adalah partai NasDem," kata Amir.

Hal ini disampikan Amir dalam jumpa pers di kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2011).

Menurut Amir, 13 parpol yang tidak memenuhi syarat untuk lolos verifikasi tidak memperoleh status badan hukum sesusai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai partai politik.

"13 Parpol tidak memunuhi syarat untuk lolos verivikasi," kata Amir.

13 Partai yang tidak lolos adalah Partai Demokrasi Pancasila, Partai Independen, Partai Indonesia Rakyat Bangkit, Partai Karya Republik (PAKAR), Partai Kekuatan Rakyat Indonesia, Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN), Partai Nasional Republik, Partai Penganut Thariqot Islam Negara Islam Indonesia, Partai Persatuan Nasional (PPN), Partai Republik Perjuangan, Partai Republik Satu, Partai Satria Piningit, Partai Serikat Rakyat Independen (SRI).

Source : http://www.detiknews.com/

PDIP Emoh Tanggapi Ibu Ani yang Tak Nyapres di 2014

Jakarta - PDIP memilih menolak menanggapi keputusan Partai Demokrat yang dipastikan tidak mengusung Ani Yudhoyono dalam Pilpres 2014 mendatang. PDIP lebih baik memilih mengurusi urusan internalnya.

"Kita gak ikut-ikutan lah partai lain, biarlah urusan internal partai lain diurus masing-masing, saya gak mau ikut-ikutan urusan partai lain," ujar Ketua DPP PDIP, Puan Maharani di Gedung DPR, Senayan, Jumat (16/12/2011).

Puan memilih sikap menghormati langkah yang memang telah diambil oleh Partai Demokrat tersebut. Namun, Puan menilai masih banyak yang bisa berubah menjelang 2014.

"Ya kita lihat saja, apakah yang dinyatakan oleh Pak SBY ini hanya menjadi wacana atau janji-janji ataupun jadi satu keputusan yang akan terlaksana pada 2014. Ya kita tunggu saja," bebernya.

Mengenai calon dari PDIP, Puan kembali menegaskan itu wewenang sepenuhnya dari Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum. Puan percaya, dengan pengalaman yang dimiliki, Mega dapat menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk memilih capres.

"Saya gak tahu, tapi saya yakin, sebagai ketum, sebagai presiden ke-5 yang sudah banyak makan asam garam, beliau pasti mempunyai visi dan tentu saja sense dalam berpolitik, beliau yang putuskan," beber Puan yang juga putri Mega.

Source : http://www.detiknews.com/

Belum Incraacht, Citibank Tetap Charge Bayar Kartu Kredit via ATM Lain

Jakarta - Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) melarang biaya tambahan dalam pembayaran tagihan kartu kredit melalui ATM bank lain. Putusan ini dibuat dalam perkara Hagus Suanto vs Citibank. Namun bagaimana sikap Citibank?

"Semua seperti biasa. Sistem (pembayaran) seperti biasa. Kan ini putusanya masih belum final jadi peraturanya kan masih tetap ada," kata Corporate Affair Citibank, Mona Monika saat berbincang dengan detikcom, Jumat (16/12/2011).

Sikap ini karena putusan tersebut belum final dan masih ada upaya hukum banding. Selain itu, sistem pembayaran tersebut berlaku umum di semua bank. "Di semua bank kan ada yang seperti ini," jelas Mona memberikan alasan.

Terkait keputusan hakim tersebut, Citibank menghormati proses hukum yang ada. Salah satunya proses banding yang merupakan hak hukum yang dimiliki oleh pihak berperkara.

"Kita menghormati proses hukum ini," jelas Mona.

Seperti diketahui, majelis hakim Aksir selaku ketua dan Syaefoni dan M. Razak selaku hakim anggota menilai beban biaya tambahan tersebut melanggar hukum. Sebab, beban biaya ini sudah menjadi kewajiban pihak yang mengeluarkan kartu kredit

"Mengabulkan permohonan penggugat untuk sebagian. Menyatakan perjanjian antara Bank BCA dan Citibank yang membebankan biaya tambahan ke nasabah merupakan perbuatan melawan hukum. Oleh karenanya tidak berlaku mengikat dan tidak sah," demikian putusan yang dibuat oleh ketua majelis hakim Aksir.

Sementara itu menanggapi putusan ini, kuasa hukum Citibank dalam kasus tersebut, Gingseng Manulung, langsung menyatakan banding. Adapun pihak Bank BCA, selama persidangan tidak pernah hadir.

"Kami menyatakan banding. (Terkait) Putusan tadi kami tidak berkomentar dulu. Akan kami pelajari terlebih dahulu putusanya sebab tadi hakimnya membacanya sangat cepat," ungkap Gingseng.

Kemenkum Persilakan Parpol Tak Lolos Verifikasi Gugat ke Pengadilan

Jakarta - Kementerian Hukum dan HAM memastikan hanya Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang berhak lolos verifikasi untuk memperoleh status badan hukum. Kepada 13 partai yang tak lolos, Wamenkum HAM Denny Indrayana mempersilakan mereka untuk menggugat ke pengadilan, jika merasa keberatan.

"Kepada Parpol yang tidak puas, ada kesempatan langkah hukum yang dapat dilakukan. Kita negara hukum, ada kesempatan bagi 13 Parpol untuk mengajukan upaya hukum ke Pengadilan," tutur Denny kepada wartawan di kantornya, Jl Rasuna Said, Jaksel, Jumat (16/12/2011).

Denny memastikan keputusan yang dibuat oleh Kemenkum HAM, sudah sesuai dengan undang-undang yang ada. Kementerian, lanjut Denny, sudah memberikan tenggat waktu kepada parpol-parpol yang mendaftar untuk melengkapi berkas yang diperlukan. Namun hanya Partai NasDem yangt memenuhi kualifikasi.

"Kita bekerja profesional, hanya berdasarkan UU. Kesempatan kita berikan sama," papar Denny.

Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsuddin mengumumkan hasil verifikasi partai politik yang memperoleh status badan hukum. Dari 14 partai yang mendaftar, hanya Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang lolos verifikasi.

"Setelah melalui proses verifikasi sejak 23 September 2011-25 November 2011, dari 14 parpol yang mendaftarkan diri untuk memperoleh status badan hukum yang lolos verifikasi adalah partai NasDem," kata Amir dalam jumpa pers di kantor Kementerian Hukum dan HAM.

Menurut Amir, 13 parpol yang tidak memenuhi syarat untuk lolos verifikasi tidak memperoleh status badan hukum sesusai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai partai politik. "13 Parpol tidak memunuhi syarat untuk lolos verivikasi," kata Amir.

13 Partai yang tidak lolos adalah Partai Demokrasi Pancasila, Partai Independen, Partai Indonesia Rakyat Bangkit, Partai Karya Republik (PAKAR), Partai Kekuatan Rakyat Indonesia, Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN), Partai Nasional Republik, Partai Penganut Thariqot Islam Negara Islam Indonesia, Partai Persatuan Nasional (PPN), Partai Republik Perjuangan, Partai Republik Satu, Partai Satria Piningit, Partai Serikat Rakyat Independen (SRI).

Source : http://www.detiknews.com/

Pimpinan DPR Tolak Beberkan Anggotanya yang Langgar Kode Etik

Jakarta - Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diberhentikan sementara terkait tindak pidana korupsi yang dilakukannya. Sayangnya dalam rapat paripurna, dua identitas itu tidak juga dibacakan. Siapa dua anggota DPR itu?

"Laporan dari pimpinan BK terkait penghentian sementara dua anggota DPR oleh BK, apakah dapat disetujui?" tanya Pimpinan Sidang, Pramono Anung dalam sidang paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Pertanyaan Pramono langsung diiyakan oleh anggota Dewan. "Setuju," pekik anggota Dewan yang diikuti ketok palu.

Ditemui usai sidang, Pramono memilih menghindar saat ditanya soal identitas anggota Dewan tersebut. Pramono meminta supaya masalah itu ditanyakan langsung kepada Ketua BK.

"Tanya Pimpinan BK saja," elaknya seraya masuk lift.

Badan Kehormatan DPR telah mengambil keputusan terhadap tiga anggota Dewan yang melanggar kode etik. Tiga orang itu akan diumumkan dalam rapat paripurna.

"Pada akhir tahun 2011 ini pula, telah disetujui keputusan mengenai beberapa pelanggaran lagi yang akan diumumkan dalam rapat paripurna," ujar Ketua BK, M Prakosa, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Dua anggota yang dimaksud terseret kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Seorang lagi, terkait kasus upaya hilangnya ayat (2) pasal 113 UU Kesehatan.

Namun Prakosa enggan mengungkapkan siapa-siapa saja yang terbukti itu. "Nanti aja pas rapat paripurna," katanya.

source : http://www.detiknews.com/

KPK Bantah Ada Intrik Politik Terkait Penetapan Tersangka Wa Ode

Jakarta - KPK telah menetapkan Wa Ode Nurhayati sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID). Namun KPK membantah ada intrik politik dalam penetapan tersangka Wa Ode.

"Sejak dulu sampai sekarang KPK tidak pernah, tidak boleh dan tidak akan mengada-adakan. Itu tidak benar. Jika sudah ada alat bukti kita tetapkan tersangka," ujar Wakil Ketua KPK Busyro Muqaddas kepada wartawan di istana negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jumat (16/12/2011).

Politisi PAN Wa Ode ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID). PAN menilai bahwa KPK telah melakukan tebang pilih dalam kasus ini.

Sebelumnya, Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi meyakinkan kalau PAN akan selalu taat pada hukum.

"Lembaga penegak hukum, seperti KPK tidak boleh tebang pilih. Harus independen. Tidak boleh menjadi subordinasi kekuatan ekonomi atau menjadi bagian partisan politik dari kelompok politik tertentu," ujar Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi kepada detikcom, Rabu (14/12) kemarin.

Sementara itu, mengenai persoalan yang membelit koleganya, Wa Ode Nurhayati, Viva mengatakan keputusan berada di tangan DPP PAN. Ia juga akan mengusahakan agar dibuat Tim Advokasi untuk membela kader partai yang terkena masalah hukum.

"Sikap Fraksi PAN juga akan mengklarifikasi kepada Wa Ode terkait keputusan KPK tentang DPID," ujarnya.

source : http://www.detiknews.com/

Call Me Mrs. Miracle (2010) DvdRIp 400MB

[TITLE]:…………………..[ Call Me Mrs. Miracle

[YEAR]:…………………..[ 2010

[FORMAT]:…………………..[ Matroska

[iMDB RATING ]………………[ 5.9/10

[GENRE]:……………………[ Drama | Fantasy

[FILE SIZE]:………………..[ 407.79MB

[NO OF CDs]:………………..[ 1

[RESOLUTION]:……………….[ 592X320

[FRAME RATE]:……………….[ 23.98 Fps

[LANGUAGE]:………………..[ English]



Part 1 |||| Part 2 ||| Part 3

PROMOSI BARANG ANDA DI SINI







Judul Iklan *



Jual/Beli *


Jual Atau Beli Barang Gan

Deskripsi



Picture


upload your image

Harga


Kalau Anda Penjual,Letakkan Harga barang yang anda jual ( Rupiah)

Nama Penjual / Pembeli *


Add Nama gan

Alamat *


Alamat Rumah yang Valid gan

Email


Bagi yang punya e-mail,Harap di cantumkan

Contact Person


Nomor HP yang dapat di hubungi


Image Verification

captcha

Please enter the text from the image:

[Refresh Image] [What's This?]


Mercy g300 th 95 ( collection item )

saya mau tawarkan mercy G300 tahun 95 warna hijau dalam kondisi baik dan terawat..
jok kulit, ac berfungsi normal, AT
original interior masi sangat bagus tidak ada rusak2 ato robek
velg bawaan masi ada dan berfungsi normal
mesin dan kaki2 masi berfungsi normal dn dlm kondisi baik

klo berminat:
lokasi saya di kebayoran lama, arteri pondok indah deket mall gandaria city
PRICE :410 NEGO
KLO AGAN BERMINAT BISA HUBUNGI
SMS ATO TLP : 27472816 / 41661780 / 081932635751
TLP KANTOR : 021-7200421


PECOBAAN

Pneumonia can be generally defined as inflammation of the lung parenchyma, in which consolidation of the affected part and a filling of the alveolar air spaces with exudate, inflammatory cells, and fibrin is characteristic.[1] Infection by bacteria or viruses is the most common cause, although inhalation of chemicals, trauma to the chest wall, or infection by other infectious agents such as rickettsiae, fungi, and yeasts may occur.[1] (See images below.)
Bacterial pneumonia is caused by a pathogenic infection of the lungs and may present as a primary disease process or as the final coup de grace in the individual who is already debilitated. For example, historical review of the 1918-19 influenza pandemic suggests that the majority of deaths were not a direct effect of the influenza virus, but they were from bacterial coinfection.[2]

Discussion of bacterial pneumonia involves classification and categorization schemes based on various characteristics of the illness, such as anatomic or radiologic distribution, the setting, or mechanism of acquisition, and the pathogen responsible. A major part of what distinguishes these various categories from each other is the varying risk of exposure to multidrug-resistant (MDR) organisms

Bacterial Pneumonia

Pneumonia can be generally defined as inflammation of the lung parenchyma, in which consolidation of the affected part and a filling of the alveolar air spaces with exudate, inflammatory cells, and fibrin is characteristic.[1] Infection by bacteria or viruses is the most common cause, although inhalation of chemicals, trauma to the chest wall, or infection by other infectious agents such as rickettsiae, fungi, and yeasts may occur.[1] (See images below.)
Bacterial pneumonia is caused by a pathogenic infection of the lungs and may present as a primary disease process or as the final coup de grace in the individual who is already debilitated. For example, historical review of the 1918-19 influenza pandemic suggests that the majority of deaths were not a direct effect of the influenza virus, but they were from bacterial coinfection.[2]
Discussion of bacterial pneumonia involves classification and categorization schemes based on various characteristics of the illness, such as anatomic or radiologic distribution, the setting, or mechanism of acquisition, and the pathogen responsible. A major part of what distinguishes these various categories from each other is the varying risk of exposure to multidrug-resistant (MDR) organisms.[3, 4, 5]
Anatomic or radiologic distribution of pneumonia includes the following (see Chest Radiography for details):
  • Lobar - Known as focal or nonsegmental pneumonia (see the images below)
  • Multifocal/lobular (bronchopneumonia)
  • Interstitial (focal diffuse)Bacterial pneumonia. Radiographic images in a patiBacterial pneumonia. Radiographic images in a patient with right upper lobe pneumonia. Note the increased anteroposterior chest diameter, which is suggestive of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Bacterial pneumonia. Radiographic images in a patiBacterial pneumonia. Radiographic images in a patient with bilateral lower lobe pneumonia. Note the spine sign, or loss of progression of radiolucency of the vertebral bodies Bacterial pneumonia. Radiographic images in a patiBacterial pneumonia. Radiographic images in a patient with early right middle lobe pneumonia.
The setting of pneumonia includes the community, Institutional (healthcare/nursing home setting), and nosocomial (hospital).

Community-acquired pneumonia

Community-acquired pneumonia (CAP) is defined as pneumonia that develops in the outpatient setting or within 48 hours of admission to a hospital. CAP should not meet the criteria for healthcare-associated pneumonia (HCAP), as defined below.
Go to Community-Acquired Pneumonia for complete information on this topic.

Institutional-acquired pneumonia

Institutional-acquired pneumonia (IAP) includes HCAP and nursing home–associated pneumonia (NHAP).
HCAP is defined as pneumonia that develops in the outpatient setting or within 48 hours of admission to a hospital in patients with increased risk of exposure to MDR bacteria as a cause of infection. Risk factors for exposure to MDR bacteria in HCAP include the following:
  • Hospitalization for 2 or more days in an acute care facility within 90 days of current illness
  • Exposure to antibiotics, chemotherapy, or wound care within 30 days of current illness
  • Residence in a nursing home or long-term care facility
  • Hemodialysis at a hospital or clinic
  • Home nursing care (infusion therapy, wound care)
  • Contact with a family member or other close person with infection due to MDR bacteria
NHAP is generally included in the category of HCAP because of the high incidence of infection with gram-negative bacilli and Staphylococcus aureus. However, some authors accept NHAP as a separate entity because of distinct epidemiologic associations with infection in nonhospital healthcare settings.[1] Pneumonia in patients in nursing homes and long-term care facilities has been associated with greater mortality than in patients with CAP. These differences may be due to factors such as disparities in functional status, likelihood of exposure to infectious agents, and variations in pathogen virulence, among others.
It is important to note that nursing home patients with pneumonia are less likely to present with classic signs and symptoms of the typical pneumonia presentation, such as fever, chills, chest pain, and productive cough, but instead these individuals often have delirium and altered mental status. Thus, the degree to which the HCAP definition applies to such settings is not yet clear.[3, 4]
Go to Nursing Home Acquired Pneumonia for complete information on this topic.

Nosocomial pneumonia

Nosocomial infections are generally described as those acquired in the hospital setting. The term nosocomial pneumonia has evolved into the more succinct clinical entities of hospital-acquired pneumonia (HAP) and ventilator-associated pneumonia (VAP); however, the term nosocomial pneumonia still has an appropriate place in the descriptive language of pneumonia. Nosocomial infections have been viewed as a "tribute to pay to the more aggressive management of the population, characterized by the use of sophisticated technologies and invasive devices," an important consideration in the pulmonary care of critically ill patients.[6]
Go to Ventilator-Associated Pneumonia and Nosocomial Pneumonia for complete information on these topics.

Hospital-acquired pneumonia

HAP is defined as pneumonia that develops at least 48 hours after admission to a hospital and, as in HCAP, is characterized by increased risk of exposure to MDR organisms,[3] as well as gram-negative organisms.[7] Risk factors for exposure to such organisms in HAP include the following[3] :
  • Antibiotic therapy within 90 days of the hospital-acquired infection
  • Current length of hospitalization of 5 days or more
  • High frequency of antibiotic resistance in the local community or within the specific hospital unit
  • Immunosuppressive disease or therapy
  • Presence of HCAP risk factors for exposure to MDR bacteria
Common mechanisms for the acquisition of pneumonia include ventilator use and aspiration.

Ventilator-associated pneumonia

VAP is defined as pneumonia that develops more than 48 hours after endotracheal intubation or within 48 hours of extubation. Risk factors for exposure to MDR bacteria that cause VAP are the same as those for HCAP and/or HAP.[3, 5] VAP may occur in as many as 10-20% of patients who are on ventilators for more than 48 hours.[8]
Go to Ventilator-Associated Pneumonia for complete information on this topic.

Aspiration pneumonia

Aspiration pneumonia develops after the inhalation of oropharyngeal secretions and colonized organisms. Although organisms frequently implicated in CAP, such as Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumoniae, can colonize the nasopharynx and oropharynx and their aspiration can contribute to the development of CAP, the term aspiration pneumonia refers specifically to the development of an infectious infiltrate in patients who are at increased risk of oropharyngeal aspiration.
Patients may be at increased risk of aspiration and/or the development of aspiration pneumonia for a number of reasons, as follows:
  • Decreased ability to clear oropharyngeal secretions - Poor cough or gag reflex, impaired swallowing mechanism (eg, dysphagia in stroke patients), impaired ciliary transport (eg, from smoking)
  • Increased volume of secretions
  • Increased bacterial burden of secretions
  • Presence of other comorbidities - Anatomic abnormalities, gastroesophageal reflux disease (GERD), achalasia.
Critically ill patients are at notably increased risk of aspiration due to the following:
  • The challenge of appropriate, risk-minimizing positioning
  • Gastroparesis/dysmotility
  • Impaired cough/gag/swallow reflexes (illness- or drug-induced)
  • Impaired immune response
  • Intubation/extubation
Historically, the bacteria implicated in aspiration pneumonia have been the anaerobic oropharyngeal colonizers such as Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium, and Prevotella species. However, now evident is that the vast majority of cases of aspiration pneumonia result from the same pathogens implicated in CAP and HAP, depending on the setting in which the aspiration event occurred. The clinical course of aspiration pneumonia is, thus, similar to that of CAP or HAP.[9] However, recurrence of aspiration pneumonia is common unless the risk factors for underlying aspiration are treated or minimized.
Go to Aspiration Pneumonia for complete information on this topic.

Pathophysiology

The causes for the development of pneumonia are extrinsic or intrinsic, and various bacterial causes are noted. Extrinsic factors include exposure to a causative agent, exposure to pulmonary irritants, or direct pulmonary injury. Intrinsic factors are related to the host. Loss of protective upper airway reflexes allows aspiration of contents from the upper airways into the lung. Various causes for this loss include altered mental status due to intoxication and other metabolic states and neurologic causes, such as stroke and endotracheal intubation.
Bacteria from the upper airways or, less commonly, from hematogenous spread, find their way to the lung parenchyma. Once there, a combination of factors (including virulence of the infecting organism, status of the local defenses, and overall health of the patient) may lead to bacterial pneumonia. The patient may be made more susceptible to infection because of an overall impairment of the immune response (eg, human immunodeficiency virus [HIV] infection, chronic disease, advanced age) and/or dysfunction of defense mechanisms (eg, smoking, chronic obstructive pulmonary disease [COPD], tumors, inhaled toxins, aspiration). Poor dentition or chronic periodontitis is another predisposing factor.
Thus, during pulmonary infection, acute inflammation results in the migration of neutrophils out of capillaries and into the air spaces, forming a marginated pool of neutrophils that is ready to respond when needed. These neutrophils phagocytize microbes and kill them with reactive oxygen species, antimicrobial proteins, and degradative enzymes; they also extrude a chromatin meshwork containing antimicrobial proteins that trap and kill extracellular bacteria, known as neutrophil extracellular traps (NETs). Various membrane receptors and ligands are involved in the complex interaction between microbes, cells of the lung parenchyma, and immune defense cells.[10]

Bacterial virulence

General mechanisms of increased virulence include the following:
  • Genetic flexibility allowing the development of resistance to various classes of antibiotics
  • Flagellae and other bacterial appendages that facilitate spread of infection
  • Capsules resistant to attack by immune defense cells and that facilitate adhesion to host cells
  • Quorum sensing systems allow coordination of gene expression based on complex cell-signaling for adaptation to the local cellular environment
  • Iron scavenging
The following are examples of organism-specific virulence factors:
  • Streptococcus pneumoniae – Pneumolysin, a multifunctional virulence factor, is cytotoxic to respiratory epithelium and endothelium by disrupting pulmonary tissue barriers. This factor directly inhibits immune and inflammatory cells and activates complement, decreasing the clearance of the bacteria from the lung.[11]
  • Pseudomonas aeruginosa - Pili play important role in the attachment to host cells. A type III secretion system allows injection of toxins into host cells.[12]

Host resistance

Deficits in various host defenses and an inability to mount an appropriate acute inflammatory response can predispose patients to infection, as follows[10] :
  • Deficits in neutrophil quantity, as in neutropenia
  • Deficits in neutrophil quality, as in chronic granulomatous disease
  • Deficiencies of complement
  • Deficiencies of immunoglobulins

Viral infection

With the recent H1N1 influenza virus pandemic, it is important to address the role that viral infection can have in bacterial pneumonia.
The association between infection with influenza virus and subsequent bacterial pneumonia became particularly apparent following the 1918 influenza pandemic, during which approximately 40-50 million people died.[13] Historical investigations and current researchers argue that the vast majority of pulmonary-related deaths from past pandemic influenza viruses, most notably the pandemic of 1918, ultimately resulted from bacteriologic secondary or coinfection and poorly understood interactions between the infecting viral and bacterial organisms.[14] Although influenza virus is the most commonly thought of agent in this co-infective context, other respiratory viruses, such as respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza viruses, adenovirus, and rhinoviruses, may also predispose to secondary bacterial infection.[13]
The classic explanation behind the viral-bacterial interplay focuses on the disruption of the respiratory epithelium by the virus, clearing the way for bacterial infection. However, evidence depicts much more complex and possibly synergistic interactions between viruses and bacteria, including alteration of pulmonary physiology, downregulation of the host immune defense, changes in expression of receptors to which bacteria adhere, and enhancement of the inflammatory process.[13]

Etiology

Although pneumonia may be caused by myriad pathogens, a limited number of agents are responsible for most cases,[15, 16, 17, 18] Most authors categorize bacterial pneumonias by their infectious agents, which include pneumococcal agents; Haemophilus influenzae; Klebsiella, Staphylococcus, and Legionella species; gram-negative organisms; and aspirated materials. Inhalation of infectious aerosols is probably the most common mode of infection. Some agents, notably Staphylococcus species, may be spread hematogenously.

Risk factors

Coinfection with H1N1 influenza increases the risk of secondary bacterial pneumonia, with S pneumoniae the most likely coinfection.[19] However, pregnant patients with H1N1 influenza in the 2009 pandemic were at increased risk of developing secondary Klebsiella pneumonia with poor clinical outcome.[20]
Other risk factors include local lung pathologies (eg, tumors, chronic obstructive pulmonary disease [COPD], bronchiectasis), chronic gingivitis and periodontitis, and smoking, which impair resistance to infection. Furthermore, any individual with an altered sensorium (eg, seizures, alcohol or drug intoxication) or central nevous system (CNS) impairment (eg, stroke) may have a reduced gag reflex, which allows aspiration of stomach or oropharyngeal contents and which enables aspiration pneumonias.

Typical organisms

Although several of the organisms discussed in this section may be implicated in pneumonia, only a few of them are responsible for the vast majority of cases.
Gram-positive bacteria that can cause pneumonia include the following:
  • Streptococcus pneumoniae: This organism is a facultative anaerobe identified by its chainlike staining pattern. Pneumococcosis is by far the most common cause of typical bacterial pneumonia.
  • Staphylococcus aureus: S aureus is a facultative anaerobe identified by its clusterlike staining pattern. S aureus pneumonia is observed in intravenous drug abusers (IVDAs) and other individuals with debilitations. In patients who abuse intravenous drugs, the infection probably is spread hematogenously to the lungs from contaminated injection sites. Methicillin-resistant S aureus (MRSA) has had a large impact on empiric antibiotic choices at many institutions.
  • Enterococcus (E faecalis, E faecium): These organisms are group D streptococci that are well-known normal gut florae that can be identified by their pair-and-chain staining pattern. The emergence of vancomycin-resistant Enterococcus (VRE) is indicative of the importance of appropriate antibiotic use.
  • Actinomyces israelii: This is a beaded, filamentous anaerobic organism that grows as normal flora in the gastrointestinal (GI) tract. A israelii is known to form abscesses and sulfur granules.
  • Nocardia asteroides: N asteroides is a weakly gram-positive, partially acid-fast bacillus (AFB) that forms beaded, branching, thin filaments. It is known to cause lung abscesses and cavitations. Erosion into the pleura can also occur, resulting in hematologic spread of the organism.
Gram-negative pneumonias occur most often in individuals who are debilitated, immunocompromised, or recently hospitalized. Individuals living in long-term care facilities where other residents are intubated are also at risk for these infections. Gram-negative bacteria include the following:
  • Pseudomonas aeruginosa: P aeruginosa is an aerobic, motile bacillus often characterized by its distinct (grapelike) odor.
  • Klebsiella pneumoniae: K pneumoniae is a facultatively anaerobic, encapsulated bacillus that can lead to an aggressive, necrotizing, lobar pneumonia. Patients with chronic alcoholism, diabetes, or COPD are at increased risk.
  • Haemophilus influenzae: H influenzae is an aerobic bacillus that comes in both encapsulated and nonencapsulated forms. Several major subtypes have been identified, which have varying levels of pathogenicity; encapsulated type B (HiB) is known to be particularly virulent, although routine vaccination against this subtype has decreased the prevalence of severe disease caused by H influenzae.
  • Escherichia coli: E coli is a facultatively anaerobic, motile bacillus; it is well known to colonize the lower GI tract and produce the essential vitamin K.
  • Moraxella catarrhalis: M catarrhalis is an aerobic diplococcus known as a common colonizer of the respiratory tract.
  • Acinetobacter baumannii: A baumannii is a pathogen that has been well described in the context of ventilator-associated pneumonia (VAP).
  • Francisella tularensis: F tularensis is the causative agent of tularemia, or rabbit fever. F tularensis is a facultative intracellular bacterium that multiplies within macrophages and that is typically transmitted to humans via a tick bite; its reservoir animals include rodents, rabbits, and hares. F tularensis can also be transmitted in an airborne manner or contracted from handling dead, infected animals. It is commonly spoken of in terms of its potential use as a biologic weapon.[21]
  • Bacillus anthracis: B anthracis is the agent responsible for inhalational anthrax.
  • Yersinia pestis: Y pestis infection is better known as the black plague, but other members of the Yersinia family are responsible for a wide variety of infectious presentations.

Atypical organisms

Atypical organisms are generally associated with a milder form of pneumonia, the so-called "walking pneumonia." A feature that makes these organisms atypical is the inability to detect them on Gram stain or to cultivate them in standard bacteriologic media.[15, 16] Atypical organisms include the following:
  • Mycoplasma species: The mycoplasmas are the smallest known free-living organisms in existence; they lack cell walls (and therefore are not apparent after Gram stain) but have protective 3-layered cell membranes.
  • Chlamydophila species (C psittaci, C pneumoniae): Psittacosis, also known as parrot disease or parrot fever, is caused by C psittaci and is associated with the handling of various types of birds.
  • Legionella species: Legionella species are gram-negative bacteria found in freshwater and are known to grow in complex water distribution systems. Institutional water contamination is frequently noted in endemic outbreaks. Legionella species are the causative agents of Legionnaires disease.
  • Coxiella burnetii:C burnetii is the causative agent of Q fever. It is spread from animals to humans; person-to-person transmission is unusual. Animal reservoirs typically include cats, sheep, and cattle.
  • Bordetella pertussis:B pertussis is the agent responsible for pertussis or whooping cough.

Anaerobic organisms

Pneumonia due to anaerobes typically results from aspiration of oropharyngeal contents, as previously mentioned. These infections tend to be polymicrobial and may consist of the following anaerobic species, some of which have already been discussed above: Klebsiella, Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium, and Prevotella.

source : emedicine.medscape.com

Pneumococcal Infections

Streptococcus pneumoniae is a gram-positive, catalase-negative cocci that has remained an extremely important human bacterial pathogen since its initial recognition in the late 1800s. The term pneumococcus gained widespread use by the late 1880s, when it was recognized as the most common cause of bacterial lobar pneumonia.
Worldwide, S pneumoniae remains the most common cause of community-acquired pneumonia (CAP), bacterial meningitis, bacteremia, and otitis media. S pneumoniae infection is also an important cause of sinusitis, septic arthritis, osteomyelitis, peritonitis, and endocarditis and an infrequent cause of other less-common diseases.
An image depicting pneumococcal pneumonia can be seen below.
Lobar consolidation with pneumococcal pneumonia. PLobar consolidation with pneumococcal pneumonia. Posteroanterior film. Courtesy of R. Duperval, MD. Pneumococcal vaccination, particularly routine childhood pneumococcal conjugate vaccine (introduced in the United States in 2000), has led to decreased rates of invasive pneumococcal infections (>90%) caused by pneumococcal serotypes covered by the vaccine, as well as overall decreased rates of invasive disease (45% overall; 77% in children < 5 y). In addition, herd immunity has led to decreased rates of disease in older children and adults.[1, 2, 3]
Many subsequent studies have shown increased rates of invasive and noninvasive disease caused by serotypes not covered by the vaccine, including serotypes 15, 19A, and 33F. Serotype 19A has received the most attention, not only because of increased disease rates associated with this serotype but also because of its increased association with drug resistance. Increased rates of invasive disease with such serotypes have caused the overall rates of invasive disease to remain somewhat steady since 2002, although still greatly reduced from rates prior to introduction of the conjugate vaccine.[1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 3]
Data from 2006-2007 revealed that only 2% of invasive pneumococcal disease in children younger than 5 years in the United States was caused by serotypes contained in pneumococcal conjugate vaccine 7 (PCV7), while an additional 6 serotypes accounted for almost two thirds of invasive disease in this age group.[11] Development of a vaccine containing additional serotypes continued, and pneumococcal conjugate vaccine 13 (PCV13) was approved by the FDA February 24, 2010.[12]
Despite an overall decreased incidence of otitis media caused by serotypes not covered by vaccination since the introduction of the conjugate pneumococcal vaccine, an increase in rates of disease caused by serotypes not covered by the vaccine has occurred, as well as an increase in rates of diseases caused by vaccine-covered serotypes in incompletely immunized children. The incidence of otitis media caused by serotype 19F has remained steady. Overall health care utilization for otitis media has decreased, as has the incidence of recurrent otitis media in some populations and studies.[2, 13, 14, 15]

Pathophysiology

Adherence and invasion

S pneumoniae is an example of a typical extracellular bacterial pathogen. Pathogenicity requires adherence to host cells, along with the ability to replicate and to escape clearance and/or phagocytosis. The organism must then gain access to areas where it can manifest infection, either via direct extension or lymphatic or hematogenous spread.
The rates of pneumococcal colonization in healthy children and adults provide information about the success of adherence and replication of the pneumococcus. After colonization, organisms may gain access to areas of the upper and/or lower respiratory tracts (sinuses, bronchi, eustachian tubes) by direct extension. Under normal conditions in a healthy host, anatomic and ciliary clearance mechanisms prevent clinical infection. However, clearance may be inhibited by chronic (smoking, allergies, bronchitis) or acute (viral infection, allergies) factors, which can lead to infection. Alternatively, pneumococci may reach normally sterile areas, such as the blood, peritoneum, cerebrospinal fluid, or joint fluid, by hematogenous spread after mucosal invasion. In the absence of previously acquired serotype-specific antibodies (see below), clinically apparent infection is likely to occur.

Capsule

Other than some isolates associated with conjunctivitis outbreaks, essentially all clinical isolates of S pneumoniae are encapsulated. Repeating oligosaccharides that make up the capsule of an individual bacterial isolate are transported to the cell surface, where they bind tightly with the cell-wall polysaccharides. Based on antigenic differences within these capsular polysaccharides, 91 serotypes of S pneumoniae have been identified.
The virulence of each organism is determined in part by the makeup and amount of capsule present. In a pneumococcus-naive host (or in the absence of antibody to pneumococcal capsule) host-cell phagocytosis is severely limited because of the inhibition of phagocytosis and the inhibition of the activation of the classic complement pathway. In addition, in vitro and in vivo studies of clinical isolates have shown that pneumococci have the ability to obtain DNA from other pneumococci (or other bacteria) via transformation, allowing them to switch to serotypically distinct capsular types.
There are 2 recognized numbering systems based on pneumococcal serotypes. In the American system, the serotypes were numbered in order of discovery, with lower numbers corresponding to serotypes that more frequently cause clinical disease, meaning that they were identified earlier. The Danish numbering system is based on grouping of serotypes with similar antigenicity and is more widely accepted and used worldwide. Today, serotyping provides important epidemiological information, especially with the increasingly widespread use of vaccination, but rarely provides timely clinical information.
The Quellung reaction is demonstrated by combining sera of previously immunized animals with capsular antigen. Agglutination causes capsule refractility and the ability to observe the capsule microscopically.

Toxins and other virulence factors

Pneumococcal isolates produce few toxins; however, all serotypes produce pneumolysin, which is an important virulence factor that acts as a cytotoxin and activates the complement system. In addition, pneumolysin causes a release of tumor necrosis factor-alpha and interleukin-1.
Other potential virulence factors include cell surface proteins such as surface protein A and surface adhesin A and enzymes such as autolysin, neuraminidase, and hyaluronidase. The contributions of these substances to pneumococcal virulence are being studied extensively, and some are being investigated as potential vaccine constituents.[16]

Complement activation

Much of the clinical severity of pneumococcal disease is due to the activation of the complement pathways and cytokine release, which induce a significant inflammatory response. S pneumoniae cell wall components, along with the pneumococcal capsule, activate the alternative complement pathway; antibodies to the cell wall polysaccharides activate the classic complement pathway. Cell wall proteins, autolysin, and DNA released from bacterial breakdown all contribute to the production of cytokines, inducing further inflammation.

source : emedicine.medscape.com

SOFTWARE MEMPERCEPAT INTERNET

Inilah sebuah software mempercepat internet.
SpeedConnect Internet Accelerator adalah sebuah aplikasi Windows yang kuat dirancang untuk mengoptimalkan koneksi jaringan anda dan mempercepat semua aktivitas internet anda. Hal ini berarti koneksi internet lebih cepat, lebih cepat browsing dan email, download yang lebih cepat, lebih cepat game online, meningkatkan koneksi Skype.
Top internet accelerator (menurut PC Magazine), pengaturan jaringan optimasi untuk mempercepat koneksi yang ada Dial-Up Modem, DSL, Cable, Wireless, LAN, internet kecepatan tinggi.
Kecepatan koneksi jaringan Anda tidak hanya tergantung pada kecepatan dari perangkat keras Anda. Windows adalah sistem operasi yang dirancang untuk bekerja pada berbagai hardware yang berbeda dan setup jaringan. Karena sifat abstrak dari sistem operasi, itu tidak dapat dioptimalkan untuk setup hardware pengguna tertentu.
Tergantung pada jenis koneksi jaringan yang Anda miliki, Anda mungkin dapat men-tweak koneksi Anda sehingga kecepatan internet anda, serta jaringan area lokal Anda, akan lebih cepat. Dengan mengubah Registry Sistem dan mengoptimalkan TCP / IP parameter, SpeedConnect dapat menyempurnakan nilai-nilai untuk mengambil keuntungan dari lebih dapat diandalkan, koneksi Internet lebih cepat.

Free Download software

DAEMON TOOLS PRO ADVANCED V 4.10

Bagaimana menginstal: 
1. Instal aplikasi menggunakan installer disediakan. 
2. Jangan menjalankannya sampai Anda mengubah nama dan menempatkan celah di dir diinstal. 
3. Pertama, mengubah nama asli cryptapi.dll dir diinstal ke cryptapi_.dll 
4. Kemudian, menempatkan cryptapi.dll retak disediakan dan dtprohlp.dll 
5. Jalankan aplikasi dan mendaftar dengan email Anda sendiri dan nama. 
6. Aplikasi ini akan offline diaktifkan dan kunci akan dihasilkan berdasarkanpada perangkat keras Anda id. 

Sangat mudah dan memerlukan waktu 1 menit!Setelah intsallation berhasil, Anda dapat menggunakannya untuk waktu tak terbatasJika pesan kesalahan mengatakan "tidak dapat menambahkan keistimewaan adaptor tidak cukup" cukup klik kanan dan jalankan sebagai administrator.Jika program ini tidak bekerja pada komputer anda maka itu adalah kesalahan komputer Anda, jangan langsung posting "tidak bekerja atau tidak menginstal"

Download